Homekomentar



|F0NT| | Posted by herubaz(qutay)qutay at Monday, August 17, 2009

122 Admiral Peserta Sail Bunaken Hadiri Upacara HUT RI


sumber:http://beritasore.com/2009/08/17/122-admiral-peserta-sail-bunaken-hadiri-upacara-hut-ri/


UPACARA BAWAH LAUT : Sejumlah penyelam TNI AL mengibarkan bendera merah putih di bawah laut saat peringatan detik detik proklamasi kemerdekaan RI ke-64 di perairan Malalayang, Manado, Sulawesi Utara, Senin (17/8). Upacara bawah laut tersebut merupakan rekor dunia pertama sekaligus memecahkan kembali rekor dunia penyelaman massal dengan jumlah penyelam 2486 . ( FOTO ANTARA/Prasetyo Utomo/mes/09. )


Manado ( Berita ) : Sebanyak 122 Admiral (Laksamana) dari 33 negara peserta Sail Bunaken, menghadiri upacara peringatan HUT Kemerdekaan RI Ke-64, di halaman Kantor Gubernur Sulawesi Utara (Sulut), 17 Agustus 2009, Manado, Senin [17/08] .


Upacara yang dipimpin langsung Gubernur Sulut, SH Sarundajang itu, para admiral langsung berbaur dengan jajaran tamu dan pejabat Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulut.


Admiral negara-negara sahabat itu terdiri dari delegasi Amerika Serikat, Australia, Inggris, Filipina, Brunei, India, Kamboja, Malaysia, Nigeria, Selandia Baru, Pakistan, Portugal, Cina, Thailand, Singapura, dan Timor Leste.


Brazil, Rusia, Prancis, Korea Selatan, Jepang, Turki, Cili, Bangladesh, Kanada, Belanda, Arab Saudi, Iran, Italia, Peru, Suriah serta Papua Nugini, termasuk tuan rumah Indonesia.



Sail Bunaken yang digelar di Pantai Manado – Bitung tanggal 12-20 Agustus 2009, diikuti puluhan kapal perang, pesawat tempur serta 165 kapal layar (yacht). “Ini merupakan moment bersejarah di Sulut ketika para pimpinan Angkatan Laut beberapa negara ikut menghadiri HUT RI di Manado,” kata Kepala Biro Pemerintahan dan Humas Pemprov Sulut, Roy Tumiwa. Sementara itu, Real Admiral Comander Jepang (setingkat Kasal), M Kawamura mengatakan, peringatan HUT RI memiliki makna berarti bagi bangsa Indonesia, berlangsung hikmah. Kehadiran pada peringatan HUT Kemerdekaan RI itu, merupakan pertama kali bagi jajaran Angkatan Laut Jepang di Indonesia, katanya.


Peringatan Kemerdekaan Di Bawah Laut


Upacara peringatan detik-detik proklamasi 17 Agustus 2009, di bawah laut Pantai Malalayang, Manado Sulawesi Utara (Sulut), diisi dengan atraksi oleh taruna Akademi Angkatan Laut (AAL).


Sepanjang jalan dan pantai Malalayang, Manado, Senin, dipenuhi ribuan orang yang ingin menyaksikan penyelaman dan upacara bawah laut yang dilakukan lebih dari dua ribu penyelam.


Petuga keamanan terpaksa menutup sementara arus jalan yang menuju kawaan tersebut, selama berlangungnya kegiatan yang berlangsung lebih daridua jam.


Sementara itu, atraksi yang tak kalah meriahnya dan menarik perhatian publik setempat, yaitu atreaksi marching band yang dilakukan para taruna AAL di sepanjang jalan Malalayang.


Kepala Dinas Penerangan Angkatan Laut (Kadispenal) Laksamana Pertama TNI Iskandar Sitompul menjelaskan, atraksi dari kadet tersebut merupakan bagian untuk memeriahkan HUT kemerdekaan RI.


“Para kadet itu kelompok genderang Suling Gita Jala AAL memainkan dua lagu nasional untuk menghibur para penonton serta seluruh peserta upacara,” kata Kadispenal Iskandar Sitompul.


Para kadet itu menurut Sitompul dibagi menjadi dua grup, satu para kadet grup yang lainnya adalah personel TNI AL. Selesai melakukan atraksi seluruh kadet langsung kembali ke kapal yang ditambatkan di Bitung, dan istirahat untuk menunggu Kirab kota yang akan dilakukan, saat Presiden RI sebagai panglima tertinggi TNI datang ke Manado.



Marinir Asing Ikut Upacara Di Bawah Laut


Upacara peringatan detik-detik Proklamasi Ke-64 tahun Republik Indonesia di bawah laut Pantai Malalayang, Manado, Sulawesi Utara (Sulut), diikuti marinir asing dari Australia, Inggris dan Filipina.


“Kami datang sekitar 200 orang menggunakan kapal perang, 10 orang diikutkan menyelam untuk mendukung pelaksanaan upacara tersebut, “kata salah satu marinir dari Australia, Nick Lay, Senin di Pantai Malalayang. Lay mengatakan, dalam penyelaman tersebut mereka menggunakan seragam untuk menyesuaikan kondisi upacara peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan Republik Indonesia.


Kegiatan tersebut sangat luar biasa, kata Lay, sambil menambahkan, senang bisa datang di Manado sebuah kota yang indah, dan ikut dalam upacara di bawah air adalah sebuah kejutan.


Selain marinir asing, peserta upacara itu juga diikuti mahasiswa dari Manado dan seluruh club selam di Nusantara serta Angkatan laut (AL), Angkatan Darat (AD), Angkatan Udara (AU), Kepolisian Republik Indonesia, maupun masyarakat umum. Disamping itu terdapat tamu lainnya yang mengikuti upacara dari kapal dan panggung kehormatan di tepi pantai Selesai upacara, juri internasional dari Guinnes World of Record, Lucia Sinigagliesi, mengucapkan selamat karena upacara tersebut berhasil. ”Apa yang dilakukan dalam acara tersebut adalah yang terbesar dan terbanyak jumlah pesertanya, maka akan tercatat dalam buku Guinnes World of Record, “kata Lucia.


Diikuti 2.827 Peserta



Sebanyak 2.827 orang ikut serta dalam pemecahan rekor dunia upacara bawah air di Pantai Malalayang, Manado, Senin, dalam rangka peringatan detik-detik proklamasi HUT Kemerdekaan RI ke 64.


“Selain peserta ada juga tujuh pejabat upacara dan 19 tim setting area, di bawah air Pantai Malalayang,” kata Kepala Dinas Penerangan Angkatan Laut (Kadispenal), Laksamana Pertama TNI Iskandar Sitompul di Manado Senin.


Sitompul menjelaskan para peserta itu terdiri atas 2.700 penyelam lokal, penyelam VIP dan 76 partisipan dari mancanegara.


Dalam upacara tersebut bertindak sebagai inspektur upacara adalah Wakil Kepala Staf Angkatan Laut, Laksamana Madya TNI Moekhlas Sidik, dan komandan upacara Kadispenal, Laksamana Pertama TNI Iskandar Sitompul.


Pantauan ANTARA di pantai Malalayang, sejak pagi sekitar pukul 06.00 Wita, jalan raya trans Sulawesi antara terminal dan batas kota Manado dan Minahasa yaitu Gerbang Boboca sudah ditutup, dan arus kendaraan ditutup, kata Sitompul.


Arus lalulintas yang melintasi jalan raya tersebut juga dialihkan, dari Kalasey ke Manado dan dari Minahasa Selatan ke Manado dialihkan sekitar 6 jam, dan sama sekali tak boleh melintasi jalan tersebut.


“Terpaksa saya harus jalan kaki, karena jalan ditutup, padahal kantornya ada di Manado dan untuk ke tempat kerja harus naik angkot jurusan pusat kota, jadi suka tak suka saya jalan kaki, supaya jangan terlambat ikut upacara bendera,” kata salah satu pegawai negeri Sipil (PNS) yang tinggal di Kalasey, Minahasa bernama Vera.


Selain PNS sejumlah siswa SD dan SMP dan SMA yang bersekolah di Manado juga jalan kaki sejauh 800 meter, untuk sampai ke terminal supaya bisa naik angkot ke sekolahnya untuk mengikuti upacara bendera peringatan detik-detik proklamasi. ( ant )

Labels:,

Lihat juga Artikel di bAwah.



salam hangat dari bangherbazzandqutay


0 comments:


 

.