LONDON (SuaraMedia News) - Kekhawatiran pemuka agama terhadap kehadiran situs jejaring sosial seperti Facebook dan MySpace kian sepertinya kian gencar. Di Indonesia sendiri, bahkan sejumlah ulama di jawa Timur sempat berniat memberikan fatwa haram terhadap situs besutan Mark Zuckerberg itu.
Kini, kekhawatiran terhadap Facebook kembali muncul. Pimpinan gereja Katholik di Inggris dan Wales, Vincent Nichols mengatakan, Facebook dan MySpace telah mendorong para generasi muda untuk memandang persahabatan sebagai sebuah 'komoditas' dan bisa memicu para generasi muda untuk melakukan aksi bunuh diri.
Situs jejaring sosial telah membuat intensitas pertemuan tatap muka seseorang dengan relasi kawan-kawannya menjadi jarang. Demikian dilansir Telegraph, Minggu (2/8/2009).
"Situs jejaring sosial membuat hubungan sosial generasi muda menjadi 'singkat' , internet dan ponsel telah mengurangi kehidupan sosial manusia," ujar Nichols.
Komentar Nichols, merupakan tanggapan atas kematian Megan Gillan, seorang gadis berusia 15 tahun yang meninggal bunuh diri setelah dihina temannya di situs jejaring sosial Bebo. "Individualisme telah berkembang di masyarakat Inggris, penggunaan teks dan email berarti membuat kemampuan komunikasi interpersonal semakin berkurang, padahal kemampuan itu sangat diperlukan dalam suatu kehidupan komunitas," kata Nichols.
Masyarakat, lanjut Nichols, telah kehilangan kemampuan bersosialisasi, seperti bagaimana membaca mood seseorang, atau bahasa tubuh orang lain. Hal itu membuat orang sulit untuk mengetahui kapan waktu yang tepat untuk bercanda, memarahi, atau membuat suatu janji.
Pengguna Facebook dan situs jejaring sosial lainnya, terkadang menutup diri dan terisolasi. Nichols mengatakan, hal itu dapat memicu tindakan bunuh diri karena persahabatan dan jaringan dibangun dalam posisi persahabatan yang lemah tatap-muka. (srn/okz) www.suaramedia.com